Blogger templates

Sabtu, 12 November 2011

Tidak Belajar Prestasi Sekolah Memuaskan, Kok Bisa?

detail berita
DEK, nggak belajar, ada PR, kan?” Lain hari, “Besok ada ulangan kan? Kok nggak belajar?” Sampai pada suatu waktu, “Dek, Mama lihat kok kamu nggak pernah belajar sih!”.

Tak sedikit orangtua dibuat bingung dalam menghadapi si kecil yang ‘tidak mau’ belajar. Tapi yang lebih membingungkan, biarpun tidak belajar, nilai-nilai yang diperolehnya memuaskan dan prestasinya di sekolah cukup membanggakan. Kok bisa ya? Kapan dia belajar?

Jangan tambah bingung Moms, bisa saja si kecil ‘penganut’ gaya belajar auditori. Kalau masih bingung, nggak ada salahnya Moms menyimak pembahasan di bawah ini.

Tiga Gaya Beda Cara

Perlu diketahui, ada tiga karakteristik cara belajar anak, yaitu auditori, visual dan kinestetik. Cara belajar auditori belajar dengan mendengar. Anak yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga.

Cara belajar visual belajar dengan cara melihat. Anak bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan. Dan yang terakhir adalah cara belajar kinestetik belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh.

Mendengar dan Menyimak

Khusus untuk gaya belajar auditori, anak memang lebih mudah menangkap materi pelajaran dengan mendengar dan menyimak apa yang guru jelaskan. Dan inilah yang kadang menjadi kesalahpahaman para orangtua. Karena, mereka seringkali melihat si kecil tidak pernah belajar saat di rumah.

Menurut Barbe (1998) dalam bukunya Growing Up Learning: Identifying and Teaching Children With Different Learning Styles, anak dengan gaya belajar auditori adalah anak-anak yang aktif berbicara, mungkin ia menganggu teman-temannya di kelas karena membaca buku dengan keras dan berpikir ia sedang membaca sendiri; ia kerap mengulang-ulang kata baru yang ia pelajari; ia aktif bertanya dan tidak mudah puas dengan jawaban “tidak tahu” karena ia akan terus bertanya; emosinya mudah dikenali dengan suara yang makin keras atau cara ia memecahkan masalahnya dengan mencari teman berbicara; mungkin saat sedang mengerjakan sesuatu ia menyenandungkan lagu, ia bergumam sambil bermain; suka berbicara tapi sering tak sabar jika harus mendengar orang lain bicara. Bila Moms menemui gaya belajar si kecil seperti itu, berarti si kecil memiliki gaya belajar auditori.

Plus-Minus Belajar Auditori
Prinsipnya, setiap gaya belajar ada kelebihan dan kekurangannya. Seperti halnya gaya belajar auditori. Pada gaya belajar ini, anak cukup mendengarkan untuk memahami apa yang diutarakan oleh guru. Selain itu, Moms juga cenderung lebih mudah mengetahui bila si kecil mengalami masalah, karena dia akan langsung membicarakannya.

Namun sayangnya, gaya auditori ini dianggap mengganggu teman-teman di kelasnya, karena anak aktif berbicara, apalagi saat guru sedang menerangkan atau menjelaskan pelajaran. Tak hanya itu, si kecil mungkin akan mengalami kesulitan ketika dirinya diminta membaca buku-buku pelajaran yang hanya berisikan tulisan.

Anak dengan tipe auditori akan lebih mudah memahami bacaan yang mengandung dialog antartokohnya, jika ada yang menemaninya membaca atau jika dia membaca dengan bersuara cukup keras sehingga dapat dia dengarkan sendiri.

Walaupun anak cepat memahami dengan apa yang sudah didengarnya, tidak ingat atau lupa mungkin saja terjadi. Nah, untuk anak dengan gaya belajar seperti ini, Moms bisa memintanya membuat catatan kecil berisi hal-hal/poin-poin penting yang dia dengar, tak harus mencatat dengan rapi semua penjelasan guru. Pengulangan dengan membaca keras atau mengulang kata-kata yang perlu diingat juga akan berguna bagi mereka dalam mengingat kembali apa yang sudah didengar.

Tetap Dukung Gaya Belajarnya

Untuk mengetahui gaya belajar si kecil, Moms dapat mengamati tingkah lakunya sehari-hari. Misal, bila anak cepat hapal dengan tempat-tepat, simbol atau cepat tanggap bila diterangkan dengan bagan, artinya kepekaan visualnya bagus.

Setelah mengetahui gaya belajar si kecil, dukunglah ia dengan masing-masing cara yang dikuasainya. Untuk cara belajar auditorial, orangtua jangan melarang anak menghapal sambil berbicara keras. Gunakan pengulangan ucapan, namun jangan terlalu panjang. Berikan kesempatan baginya untuk tanya-jawab atau membaca keras – cukup didengar olehnya tanpa bisa didengar orang lain - soal yang diberikan. Jika memungkinkan libatkan si kecil dalam kelompok-kelompok diskusi sehingga ia akan lebih mudah memahami materi. Pada anak yang lebih besar - jika memungkinkan - materi yang diajarkan akan lebih terekam dalam ingatannya dan mudah untuk memutar ulang kembali di rumah daripada diminta hanya sekadar membaca bahan-bahan foto kopi. (Sumber: Tabloid Mom & Kiddie)

0 komentar:

Posting Komentar